Entri Populer

Friday, October 11, 2013

Tulisan Macam Apa pula ini ?

Masih terkait pesan. Namun kali ini saya ingin membahas tentang pesan yang banyak bertebaran diinternet, khususnya dijejaring social seperti facebook, twitter, dll yang saya tidak tahu. Soalnya cumatahuny a yang itu doang.
Nah, apa yang ingin saya bahas?, yakni kurangnya ilmu setiap manusia dalam menanggapi pesan, membuat pesan itu yang awalnya memiliki arti yang baik malah menjadi berakibat buruk. Mengapa bisa begitu? Tahukah anda kira-kira kenapa?
Nah, saya akan berikan sedikit opini saya perihal ini. ada beberapa pesan motivasi namun ternyata ketika dibaca, terkadang bukannya memotivasi malah justru dirasa seperti menghakimi pembaca. Misalnya ada yang menulis Rajin pangkal kaya, malas pangkal miskin. Ini kalau kita lihat memang memiliki pesan baik bagi yang memahami maksudnya, tapi kan pembaca itu memiliki cara pandang yang berbeda, memiliki respon otak yang secara langsung maupun tidak, yang secara sadar atau tidak sadar akan selalu menyimpan informasi itu berdasarkan pemahamannya dan bisa ia uraikan dalam aktivitasnya yang juga bisa jadi sadar, juga bisa jadi tanpa ia sadari.
Coba kita bahas satu persatu saja, rajin pangkal kaya?,,oke, rajin mencuri, bisa kaya, rajin membunuh, bisa kaya, rajin mencontek, rajin berbohong, rajin belanja, rajin gossip, dan lain-lain. Ini kan bisa saja terjadi didalam otak seseorang yang akan merespon sebuah kalimat. Mungkin ia tidak merespon secar sadar pada umumnya, namun hal yang paling buruk adalah respon yang tidak disadari. Kita kan pernah dengar, ada kasus orang yang terus-menerus diingatkan untuk tidak mencuri tapi kok akhirnya mencuri?, atau ada yang dilarang merokok tapi kenapa yah malah jadi perokok berat?, berbeda dengan orang yang tidak dilarang merokok, akhirnya tidak pernah tertarik rokok, atau orang yang sering ditakut takuti tapi tidak jadi penakut,atau apalah yang sejenisnya, yang sering kali menjadi terbalik respon yang menerima pesan. Inilah yang saya maksud respon yang tidak disadari berada didalam jiwa seseorang. Ada yang ketika kehilangan keluarga tercinta, mungkin ia masih tegar pada awalnya, tapi ketika telah datang sahabat-sahabatnya yang berkata :” kami turut berduka ya..”, atau “ kasihan sekali kamu kawan, semoga kamu semakin sabar menjalani semua ini”, mungkin ini kaimat yang kita rasa tepat untuk menghibur, tapi saya tanya kembali kepada anda pribadi, apakah anda serius bahwa itu bisa menghibur orang ang beduka?, atau malah menambah ratapan hatinya?. Maka tanyakanlah kembali mengapa itu bisa terjadi?, jika anda belum percaya bahwa ternyata itulah respon yang secara tidak sadar bisa muncul akibat respon yang juga tidak disadari.

Oke kita kembali kemateri awal. Apa itu?. yah pesan yang bertebaran diinternet. Kita harus tahu dan yakini serta pahami, bahwa setiap pesan itu memiliki konteks permasalahannya masing-masing. Tidak sembarangan seseorang menulis pesan tersebut. Dia (orang yang menuliskan pesan) itu pasti memiliki latar belakang tersendiri ketika menulis pesan itu, hanya saja parahnya mereka sering kebanyakan tidak memberi penjelasan yang lebih detail, sebab ini sering menyangkut jati diri penulisnya. Terus terang ketika saya menulis status diakun facebook saya, pasti selalu dilatarbelakangi oleh perasaan pribadi ketika melihat sesuatu, dan sebagai pelarian, tentu saya menulis pesan-pesan difacebook itu dengan kalimat-kalimat puitis. Alhamdulillah banyak yang me-like juga, mungkin dua tiga orang (banyak yah?).menurut saya pribadi mungkin itu karena mereka merasa telah terwakili oleh kata-kata saya, karena bentuk penulisan saya yang lebih merangkul masalah-masalah umum. Tapi sebenarnya itu didasari dari latar belakang pemikiran yang satu, atau satu persoalan. Cuma saya menutupi diri saya sendiri dengan seolah itu kalimat motivasi saja. Kan begitu?, seperti anda juga saya rasa, yang menulis status untuk menyindir seseorang, tapi seolah itu bukan menyindir.
Persoalannya apa sebenarnya?
Nah, kini kita sudah sampai peda persoalannya. Yakni bahwa banyak pesan-pesan yang menerangkan secara spesifik tentang persoalan, namun tidak memberikan penjelasan lebih detail terkait tulisannya itu. ia tidak memberi gambaran konteks dari setiap pesannya. Misalkan memberikan keterangan bahwa ini pesan ditujukan kepada orang orang begini dan begitu, yang seperti ini dan yang seperti itu. supaya yang membacapun tidak mudah yang salah paham serta lebih banyak yang bisa menerimanya.
Mengapa saya mengatakan seperti ini. sebab terus terang dan jujur bin salabin sejujur jujurnya, saya seringkali menemui kalimat-kalimat yang bagi saya sangat menyakitkan karena seakan-akan memberi sinyal bahwa yang saya lakukan ini adalah pilihan yang salah. Tapi setelah saya kaji sendiri secara otodidak, seperti apa sih konteks dari pesan ini?, apa sih maksud dari pesan ini?, mengapa sampai orang ini bisa berkata seperti itu?, bisa menulis seperti itu?(bukan berkata yah, yang sebelumnya diralat saja).
Setelah saya menggunakan cara pandag yang positif, maka saya memberikan harapan sendiri kepada diri saya bahwa pesan itu bukan untuk menghakimi persoalan yang saya hadapi, melainkan menyinggung persoalan yang lain, hanya sayang disitu tidak dijelaskan. Jadi saya malah berpikir bagaimana jika ada orang yang memiliki masalah seperti saya, tapi tidak mengkaji terlebih dahulu pesan yang ia baca, entah apa yagn akan terjadi. Bisa jadi ia tambha stress, frustasi dan lain-lain.
Selain itu, apa lagi yang paling parah?, yang paling parah adalah, orang yang membagikan status itu juga hanya bermodalkan narsis doang dengan seenaknya berbagi. Hanya karena ia anggap itu kata-kata mutiara yang indah, dan akan dianggap oleh orang lain bahwa dia adalah orang yang peduli kata-kata seperti itu, atau ingin memperkenalkan diri kepada orang banyak, bahwa ia memiliki karakter yang seperti pada tulisan itu. padahal belum dikaji dulu apa akibatnya nanti. orang-orang seperti ini yang akan banyak mengakibatkan para pengguna media social tambah galau. Karena saya yakin kebanyakan orang Indonesia yang menggunakan media social itu adalah golongan orang galau semua. Yang mudah kecapean, mudah putus asa, mudah sakit hati, atau selalu ingin dihargai, karena galau akan penghargaan. Maka ketika ia membaca pesan-pesan yang tidak lengkap seperti itu, bisa tambha galau tuh jadinya.

Misalnya ada yang menulis “ orang yang tidak sukses itu sudah pasti orang yang paling galau sedunia” wah, kalau dibaca oleh para pengusaha pemula ini, saya yakin bakal dibagiin tuh. Dan tidak ada penjelasannya pula. Bisa kacau deh akibatnya. Orang-orang yang baru saja gagal dalam usaha tertentu trus membaca ini, bisa tambah dawn deh orang itu.
Atau misalkan ada yang nulis “ keimanan seseorang bisa tampak pada tingkat kecerahan wajahnya yang natural”
Ckckckc, kalau seperti ini? waduh waduh, bisa celaka jika status seperti ini tidak diberi penjelasan yang baik dan benar. Karena bisa banyak tafsir tuh bagi pembaca yang berbeda-beda ini.
Nah, saran saya, sebelum berbagi sebuah status atau tautan, mending anda awali dengna kalimat tanya : benarkah ini ?”
Mengapa?, karena dengan begitu, orang akan berpikir anda bukanlah orang yang mendukung pesan itu, melainkan hanya sekadar bertanya tanpa meberi persetujuan ataupun penolakan, alias anda lebih tampak netral. Itulah yang akan jadi solusi terbaik.
Ayo kita coba pada kalimat yang sebelumnya.
Misalkan :
“ keimanan seseorang bisa tampak pada tingkat kecerahan wajahnya yang natural”
Pesan diatas jika ingin kita bagikan kepada orang lain, sebaiknya anda tambahkan seperti ini :
Benarkah “ keimanan seseorang bisa tampak pada tingkat kecerahan wajahnya yang natural” ?
Dengan begitu, orang akan berpikit anda adalah netral, bukan pendukung tetapi sekadar penyampai pesan yang juga belajar sama seperti pembaca.

Oke,? Paham kan? Siplah kalau begitu. Terima kasih sudah singgah untuk membaca tulisan amburadur ini.


No comments:

Post a Comment