Masih terkait pesan. Namun kali ini
saya ingin membahas tentang pesan yang banyak bertebaran diinternet,
khususnya dijejaring social seperti facebook, twitter, dll yang saya
tidak tahu. Soalnya cumatahuny a yang itu doang.
Nah, apa yang ingin saya bahas?, yakni
kurangnya ilmu setiap manusia dalam menanggapi pesan, membuat pesan
itu yang awalnya memiliki arti yang baik malah menjadi berakibat
buruk. Mengapa bisa begitu? Tahukah anda kira-kira kenapa?
Nah, saya akan berikan sedikit opini
saya perihal ini. ada beberapa pesan motivasi namun ternyata ketika
dibaca, terkadang bukannya memotivasi malah justru dirasa seperti
menghakimi pembaca. Misalnya ada yang menulis Rajin pangkal kaya,
malas pangkal miskin. Ini kalau kita lihat memang memiliki pesan
baik bagi yang memahami maksudnya, tapi kan pembaca itu memiliki cara
pandang yang berbeda, memiliki respon otak yang secara langsung
maupun tidak, yang secara sadar atau tidak sadar akan selalu
menyimpan informasi itu berdasarkan pemahamannya dan bisa ia uraikan
dalam aktivitasnya yang juga bisa jadi sadar, juga bisa jadi tanpa ia
sadari.
Coba kita bahas satu persatu saja,
rajin pangkal kaya?,,oke, rajin mencuri, bisa kaya, rajin membunuh,
bisa kaya, rajin mencontek, rajin berbohong, rajin belanja, rajin
gossip, dan lain-lain. Ini kan bisa saja terjadi didalam otak
seseorang yang akan merespon sebuah kalimat. Mungkin ia tidak
merespon secar sadar pada umumnya, namun hal yang paling buruk adalah
respon yang tidak disadari. Kita kan pernah dengar, ada kasus orang
yang terus-menerus diingatkan untuk tidak mencuri tapi kok akhirnya
mencuri?, atau ada yang dilarang merokok tapi kenapa yah malah jadi
perokok berat?, berbeda dengan orang yang tidak dilarang merokok,
akhirnya tidak pernah tertarik rokok, atau orang yang sering ditakut
takuti tapi tidak jadi penakut,atau apalah yang sejenisnya, yang
sering kali menjadi terbalik respon yang menerima pesan. Inilah yang
saya maksud respon yang tidak disadari berada didalam jiwa seseorang.
Ada yang ketika kehilangan keluarga tercinta, mungkin ia masih tegar
pada awalnya, tapi ketika telah datang sahabat-sahabatnya yang
berkata :” kami turut berduka ya..”, atau “ kasihan sekali kamu
kawan, semoga kamu semakin sabar menjalani semua ini”, mungkin ini
kaimat yang kita rasa tepat untuk menghibur, tapi saya tanya kembali
kepada anda pribadi, apakah anda serius bahwa itu bisa menghibur
orang ang beduka?, atau malah menambah ratapan hatinya?. Maka
tanyakanlah kembali mengapa itu bisa terjadi?, jika anda belum
percaya bahwa ternyata itulah respon yang secara tidak sadar bisa
muncul akibat respon yang juga tidak disadari.
Oke kita kembali kemateri awal. Apa
itu?. yah pesan yang bertebaran diinternet. Kita harus tahu dan
yakini serta pahami, bahwa setiap pesan itu memiliki konteks
permasalahannya masing-masing. Tidak sembarangan seseorang menulis
pesan tersebut. Dia (orang yang menuliskan pesan) itu pasti memiliki
latar belakang tersendiri ketika menulis pesan itu, hanya saja
parahnya mereka sering kebanyakan tidak memberi penjelasan yang lebih
detail, sebab ini sering menyangkut jati diri penulisnya. Terus
terang ketika saya menulis status diakun facebook saya, pasti selalu
dilatarbelakangi oleh perasaan pribadi ketika melihat sesuatu, dan
sebagai pelarian, tentu saya menulis pesan-pesan difacebook itu
dengan kalimat-kalimat puitis. Alhamdulillah banyak yang me-like
juga, mungkin dua tiga orang (banyak yah?).menurut saya pribadi
mungkin itu karena mereka merasa telah terwakili oleh kata-kata saya,
karena bentuk penulisan saya yang lebih merangkul masalah-masalah
umum. Tapi sebenarnya itu didasari dari latar belakang pemikiran yang
satu, atau satu persoalan. Cuma saya menutupi diri saya sendiri
dengan seolah itu kalimat motivasi saja. Kan begitu?, seperti anda
juga saya rasa, yang menulis status untuk menyindir seseorang, tapi
seolah itu bukan menyindir.
Persoalannya apa sebenarnya?
Nah, kini kita sudah sampai peda
persoalannya. Yakni bahwa banyak pesan-pesan yang menerangkan secara
spesifik tentang persoalan, namun tidak memberikan penjelasan lebih
detail terkait tulisannya itu. ia tidak memberi gambaran konteks dari
setiap pesannya. Misalkan memberikan keterangan bahwa ini pesan
ditujukan kepada orang orang begini dan begitu, yang seperti ini dan
yang seperti itu. supaya yang membacapun tidak mudah yang salah paham
serta lebih banyak yang bisa menerimanya.
Mengapa saya mengatakan seperti ini.
sebab terus terang dan jujur bin salabin sejujur jujurnya, saya
seringkali menemui kalimat-kalimat yang bagi saya sangat menyakitkan
karena seakan-akan memberi sinyal bahwa yang saya lakukan ini adalah
pilihan yang salah. Tapi setelah saya kaji sendiri secara otodidak,
seperti apa sih konteks dari pesan ini?, apa sih maksud dari pesan
ini?, mengapa sampai orang ini bisa berkata seperti itu?, bisa
menulis seperti itu?(bukan berkata yah, yang sebelumnya diralat
saja).
Setelah saya menggunakan cara pandag
yang positif, maka saya memberikan harapan sendiri kepada diri saya
bahwa pesan itu bukan untuk menghakimi persoalan yang saya hadapi,
melainkan menyinggung persoalan yang lain, hanya sayang disitu tidak
dijelaskan. Jadi saya malah berpikir bagaimana jika ada orang yang
memiliki masalah seperti saya, tapi tidak mengkaji terlebih dahulu
pesan yang ia baca, entah apa yagn akan terjadi. Bisa jadi ia tambha
stress, frustasi dan lain-lain.
Selain itu, apa lagi yang paling
parah?, yang paling parah adalah, orang yang membagikan status itu
juga hanya bermodalkan narsis doang dengan seenaknya berbagi. Hanya
karena ia anggap itu kata-kata mutiara yang indah, dan akan dianggap
oleh orang lain bahwa dia adalah orang yang peduli kata-kata seperti
itu, atau ingin memperkenalkan diri kepada orang banyak, bahwa ia
memiliki karakter yang seperti pada tulisan itu. padahal belum dikaji
dulu apa akibatnya nanti. orang-orang seperti ini yang akan banyak
mengakibatkan para pengguna media social tambah galau. Karena saya
yakin kebanyakan orang Indonesia yang menggunakan media social itu
adalah golongan orang galau semua. Yang mudah kecapean, mudah putus
asa, mudah sakit hati, atau selalu ingin dihargai, karena galau akan
penghargaan. Maka ketika ia membaca pesan-pesan yang tidak lengkap
seperti itu, bisa tambha galau tuh jadinya.
Misalnya ada yang menulis “ orang
yang tidak sukses itu sudah pasti orang yang paling galau sedunia”
wah, kalau dibaca oleh para pengusaha pemula ini, saya yakin bakal
dibagiin tuh. Dan tidak ada penjelasannya pula. Bisa kacau deh
akibatnya. Orang-orang yang baru saja gagal dalam usaha tertentu trus
membaca ini, bisa tambah dawn deh orang itu.
Atau misalkan ada yang nulis “
keimanan seseorang bisa tampak pada tingkat kecerahan wajahnya yang
natural”
Ckckckc, kalau seperti ini? waduh
waduh, bisa celaka jika status seperti ini tidak diberi penjelasan
yang baik dan benar. Karena bisa banyak tafsir tuh bagi pembaca yang
berbeda-beda ini.
Nah, saran saya, sebelum berbagi sebuah
status atau tautan, mending anda awali dengna kalimat tanya :
benarkah ini ?”
Mengapa?, karena dengan begitu, orang
akan berpikir anda bukanlah orang yang mendukung pesan itu, melainkan
hanya sekadar bertanya tanpa meberi persetujuan ataupun penolakan,
alias anda lebih tampak netral. Itulah yang akan jadi solusi terbaik.
Ayo kita coba pada kalimat yang
sebelumnya.
Misalkan :
“ keimanan seseorang bisa tampak pada
tingkat kecerahan wajahnya yang natural”
Pesan diatas jika ingin kita bagikan
kepada orang lain, sebaiknya anda tambahkan seperti ini :
Benarkah “ keimanan seseorang bisa
tampak pada tingkat kecerahan wajahnya yang natural” ?
Dengan begitu, orang akan berpikit anda
adalah netral, bukan pendukung tetapi sekadar penyampai pesan yang
juga belajar sama seperti pembaca.
Oke,? Paham kan? Siplah kalau begitu.
Terima kasih sudah singgah untuk membaca tulisan amburadur ini.
No comments:
Post a Comment