Entri Populer

Sunday, November 18, 2012

PENDIDIKAN SEKS SEJAK DINI ?

Data Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melaporkan bahwa dalam empat bulan pertama di tahun 2011 tercatat 435 kasus kekerasan anak. Atau dapat diperkirakan terjadi setiap bulan. Yang paling menyedihkan, 58% laporan adalah merupakan kekerasan seksual terhadap anak. Angka itu tidak berbeda dari 2010, sebanyak 2.339 laporan 62% adalah kekerasan seksual. Jumlah korban terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2008 terdapat 1.726 kasus, dan 2009 menjadi 1.998 kasus. Angka ini ibarat gunung es, mengingat kekerasan dalam rumah tangga dianggap aib keluarga, sehingga hanya sebagian kasus terungkap ke permukaan.(http://teknologi.kompasiana.com/internet/2011/11/20/10-remaja-di-riau-hilang-karena-facebook-cegah-hal-ini-terjadi-pada-anak-anda/)

melihat beragam kasus saat ini yang sering terjadi dimasyarakat, bukan lagi hal yang tidak mungkin sebagai orang tua, bahkan gurupun harus mengambil tindakan yang benar-benar dapat menyelamatkan paa remaja dari tindakan-tindakan yang bisa membahayakan diri mereka, terutama dalam hal seks.
banyak cara yang dapat kita gunakan sebagai awal pembalajaran kepada para remaja tentang perihal seks ini, dalam hal pendidikan mungkin kita mengkajinya secara biologisnya, namun secara sosialnya kita langsung ajarkan mereka dari segi realita yang terjadi, dari apa-apa yang menjadi akibat penyalahgunaan seks itu sendiri.
untuk para siswa yang mungkin masih terbilang dibawah umur, kitapun bisa menyampaikan secara langsung, bahwa pergaulan yang buruk itu bisa mengantarkan pada perilaku-perilaku yang buruk, salah satunya peristiwa pelecehan-pelecehan.
mengapa hal ini harus lekas kita sampaikan ?, tidak lain bahwa ini tidak bisa kita pungkiri, media dimana-mana menamp[ilkan informasi yang mengarah pada pengajaran hubungan seksual, baik itu pacaran, bagaimana bergaul bebas dengan lawan jenis. jika ini kita menghadapinya dengan pelarangan langsung tanpa ada penjelasan, maka jangan heran banyak yang memberontak untuk melanggarnya,sebab tidak ada alasan yang jelas untuk menjauhinya.
untuk itu, sebagi orang tua, teman, guru ataupun saudara, harusnya kita sadar tentang hal ini, dan menyadarkan kaum remaja bahwa banyak hal yang harus diwaspadai yang dapat mempengaruhi cara bergaul, mempengaruhi psikologi seks, terutama betapa bahayanya media yang menampilkan gaya hidup artis yang glamour atau yang berbau seks, berbau pergaulan bebas. juga demikian film-film, acara-acara hiburan dan lainnya.
maka inilah saatnya kita untuk sadar diri terhadap arus jaman ini. kita harus terbangun oleh suasana, bukan terninabobokan oleh suasana.