Entri Populer

Thursday, December 1, 2011

Pandangan Cerah

Pandanganku semakin sejuk disetiap langkah, tak sedikitpun yang membuatku gelisah, seakan semua bunga-bunga dijalanan mengajakku tersenyum, pohon-pohon menyapaku dengan cerah warna daun rimbunnya. Kenanganku tak bisa terhapuskan, semua penuh dengan senyuman yang indah seperti semua orang meneriakiku sebagai orang terbahagia didunia.
Banyak kehidupan yang tak bisa terulang lagi meski aku harus menangis darah, itu tak akan mengubah masa laluku, sehingga tugasku hanyalah merangkai hidup yang kini begitu kunikmati menjadi serangkaian kisah indah penuh kecerahan dengan menyudahi semua masalah dimasa laluku.
Rombongan mahasiswa berangkat berekreasi kesalah satu tempat wisata di Jakarta, bernyanyi bersama, tertawa dan bercanda yang mengiringi perjalanan, aku ikut menikmati perjalanan bersama mereka. Seorang wanita temanku berdiri dengan tersenyum menuju ketempat paling depan dari tempat duduk kami sambil berkata
“ mau dengar hiburan gratis nda?”
“MAU….DONG..” jawab kami serentak sambil diikuti tawa canda
“ada yang ingin memberikan nyanyian khusus untuk orang special hari ini”
“WUUU…..” teriak kami menambah ramainya bus yang kami tumpangi
Seorang pria berdiri dengan percaya diri membawa gitar menggantikan tempat berdirinya taman wanita tadi
“ baik, terima kasih…terimakasih, aku akan memberikan ……..” berhenti sejenak dan diikuti perhatian dari kami yang menunggu apa yang ingin ia sampaikan sehingga terasa sedikit hening
“aku akan memberikan………, memberikan gitar ini pada penyanyinya”
“WUUUUUU…” diikuti sorakan dari kami yang seketika memecah keheningan sesaat. Pria itu langsung menyerahkan gitar pada seorang pria didepannya sambil berlari kearah tempat duduk asalnya dengan menertawakan tingkahnya sendiri. Satu teman pria berdiri dengan gitar yang menemaninya. Dengan wajah ringan tanpa ada tanda-tanda kesusahan atau beban yang begitu nyaman dipandang pria itu mulai mengalunkan nyanyian merdunya bersama gitar yang membawa kami ikut bernyanyi bersamanya, begitu nikmatnya bernyanyi bersama untuk mengiringi perjalanan kami dijalanan yang lurus dan sejuk dipenuhi pohon tinggi dan rindang disisi kiri kanannya.
Aku pulang keapartemen yang kutinggali, sebenarnya apartemen milik pamanku tapi sering tak terpakai olehnya maka aku yang tinggal disini dan sekaligus mempermudah aku untuk pulang pergi kekampus dengan nyaman tanpa terlambat karena macet. Tak sedikitpun kelelahan pada tubuhku, terasa begitu bersemangat dan penuh dengan senyuman seperti terasa semua tubuhku tersenyum.
Dengan nyamannya aku sejenak menikmati tayangan tv dari atas sofa yang rasanya hangat untuk sekaligus tidur. Aku tertidur dengan begitu nyenyak hingga tubuhku terasa sangat segar ketika bangun dipagi hari. Gedung-gedung terlihat jelas dari jendela apartemen ini, langit tak berawan seperti kertas biru yang lembut, cahaya matahari menembus kedalam ruangan hingga membuat ruangan sangat terang dan menyentuh wajahku.
Hari ini aku tak ada jadwal untuk kuliah, aku menghabiskan waktu untuk menikmati jalanan ibukota dengan sepeda motor, memandangi patung-patung yang kulewati disisi jalan, melihat para pengusaha yang tekun mencari nafkah sampai rela untuk meniggalkan mobil pribadinya digarasi dan lebih nyaman memakai sepeda motor atau sepeda saja. Hidup terasa begitu indah, rasanya Tuhan tersenyum bersamaku hingga tak bosan-bosannya aku memperhatikan keindahan alam ini.
Aku singgah sejenak diwarung pedagang es disisi jalan tepat berada dibawah pohon yang rindang hinga sejuk tempat itu kunikmati. Beberapa meter dari situ ada jembatan jalan diatas sungai yang mulai kering. Aku menikmati es pesananku, satu mangkuk kecil namun sangat memuaskan bagiku.
Langit masih cerah, kesejukan dan kedamaian yang kurasakan begitu indah tanpa sedikitpun berubah. Aku memandangi sungai dibawah jembatan itu, kuperhatikan begitu damai aliran airnya meski kemungkinan kering pasti menimpanya, aku ingin menikmati indahnya bersama sungai itu, aku ingin menyentuh airnya hingga perlahan langkahku mulai menuju sisi sungai.mataku berbinar ketika melihat air sungai itu seakan aku dan sungai ini teman lama yang dipertemukan lagi yang dengan kerinduan yang mendalam ingin memeluknya erat-erat dan mengatakan betapa rindunya aku, betapa inginnya aku menikmati hidup ini bersama dengannya seperti dulu bermain dan belajar bersama menikmati masa hidup dengan sangat bahagia. Rasanya sungai ini seperti kawan dekat dulu yang kini bertemu namun tak lama lagi akan meninggalkan aku untuk waktu yang lama bahkan selamanya dan tak ada yang bisa kulakukan hingga ia hilang begitu saja.
“hei nak..!” terdengar suara yang tiba-tiba memecah keheningan hingga membuat aku kaget dari lamunanku disisi sungai ini. Aku melihat sorang wanita yang mungkin telah berumur empat puluhan menyapaku dari arah sisi sungai yang sama namun berdiri agak jauh dan tepat dibawah jembatan yang terlihat cukup teduh untuk berdiri disana. Aku tersenyum dan membungkukkan badanku untuk menghormatinya. Dia mengisyaratkan untuk supaya aku ikut dengannya berteduh dibawah jembatan itu. Dengan senyum aku melangkah menuju pada wanita itu hingga berdiri bersamanya dibawah jembatan memandangi sungai yang tenang.
“sayang sekali sungai ini” katanya sambil memandangi sungai sepertiku hingga aku merasa sangat begitu dekat dengannya karena kesamaan perasaan kami terhadap sungai ini.
“ kamu menikmati sungai ini?” tanyanya padaku dan akupun mengangguk
“ sangat ” jawabku
“akupun sama, bahkan aku hidup bersama sungai ini, hidupku sangat dibantu oleh sungai ini” jelas wanita tua ini dengan nada yang sedih
“jika boleh dikatakan sungai ini sudah seperti keluarga bagiku, sungai ini yang menemaniku disaat aku kesepian dimalam hari, sungai ini yang membuat kakiku begitu dingin disiang hari, sungai ini membuat wajahku cerah dipagi hari, tapi kini sungai ini mulai kering dan tak lama lagi pasti airnya benar-benar hilang dari tempat ini”
Aku mendengarkan curahan hati sang ibu yang begitu sedih, aku memandangi disebelah tempat ia berdiri, tampaknya ini adalah tempat tinggalnya, pakaian teratur rapi, kardus-kardus tampak tua dijadikan alas lantainya, beberapa alat masakpun tak jauh dari situ yang bersebelahan dengan tempat tidurnya, bukankah ini tempat yang sangat tidak pantas untuk seorang wanita seperti dia bahkan tak pantas untuk manusia tinggali. Tapi kenapa dia tinggal disini, aku tak mau menanyakan ini karena bisa membuat ia jatuh dalam kesedihan lagi.
Aku tersenyum pada ibu ini yang begitu tegar menghadapi hidupnya yang penuh dengan kesulitan seperti ini, aku meraba-raba kantung tas yang sedari tadi kubawa-bawa, kuambil beberapa lembar uang dan kuberikan padanya.
“ kenapa kau memberiku ini”
“ini untuk ibu, saya ingin berbagi maka tolong terimalah jika ibu ingin membuat saya bahagia dengan hidup saya”
Wanita tua ini terlihat sedih hingga raut wajahnya tambah mengerut setelah menerima uang dari tanganku.
“boleh saya memeluk anda?” tanyanya padaku dengan penuh harap agar bisa kuiyakan
“ya bu..”
ibu ini langsung memelukku dengan erat seperti ibu yang baru bertemu anaknya yang telah lama tak pulang-pulang padanya.

Langit-langit begitu cerah, apartemenku terasa sejuk seakan membawa selimut dingin membungkus tubuhku. Aku pergi mengambil air minum, memperhatikan kulkas yang sudah penuh dengan berbagai makanan, kemudian pandanganku melihat kearah sofa-sofa tempatku sering tertidur menikmati tayangan tv, bukankah ini adalah kenyataan hidupku, bahkan mimpikupun tak pernah merasakan kehidupan seperti ibu tadi, jadi apa yang telah kunikmati saat ini, bukankah aku ini orang jahat, pertanyaan mulai timbul dalam benakku dan sepertinya tidurku agak sedikit berbeda dengan tidur yang kemarin-kemarin.

No comments:

Post a Comment