Seorang
murid memberontak didalam kelas. Kelas dibuatnya benar-benar kacau
dan berantakan gara-gara ulahnya. Ia berteriak-teriak layaknya orang
gila. Ia menuntut :
“Aku
butuh guru, aku butuh guru, guru sejati yang bisa kujadikan teladan
dalam hidupku. Begitu banyak guru yang kutemukan dinegei ini, tapi
belum ada yang kutemukan satu orang yang bisa kujadikan teladan. Aku
ingin berguru, aku ingin berguru.
Yang
kutemukan hanyalah orang-orang yang hebat beretorika. Yang kutemukan
hanyalah orang-orang yang luar biasa berteori, aku tak ingin ini, aku
mencari orang yang bisa membuatku benar-benar termotivasi secara
nyata dalam diriku untuk belajar sesuatu.
Ada
apa dengan system pendidikanku ini, apa yang ingin dihasilkan oleh
negeriku ini, orang-orang seperti apa yang ingin mereka hasilkan?,
apakah orang-orang yang mampu menjawab pertanyaan diatas kertas
saja?, orang-orang yang hanya diam dikursinya dan menyelesaikan
masalah dengan beribu-ribu teori saja?, tidak, bukan ini yang
kuimpikan, aku memimpikan guru-guru hebat. Guru-guru yang mampu
menjadi teladan yang baik, guru-guru yang benar-benar bukan sekedar
berteori dan menjadikan guru sebagai satu-satunya profesi penghasil
uang, Aku tidak ingin guru hanya menjadikan materi ajarnya sebgai
penghasil uang saja. Tidak, sama sekali tidak. Kalau seperti ini, aku
khawatir suatu saat nanti guru-guru akan tersingkirkan. Bahkan yang
ada malah tinggal guru-guru spiritual semata,karena orang-orang yang
tinggal butuh guru demikian dari pada guru retorika semata. Maka yang
ada hanyalah tinggal guru-guru motivasi kerja. Serta tak ada lagi
guru-guru intelektual, sebab bisa jadi dan merupakan hal yang aku
takutkan adalah akan dihadirkan guru-guru robot yang mampu membantu
siswa dalam belajar. Yang mampu mengajar lebih dari seorang guru.
Anda bisa lihat sendiri bagaimana pengaruh internet pada masyartakat.
Masyarakat menjadi cerdas-cerdas dari teknologi yang satu ini dari
pada melihat guru didepan kelas berbicara, dari pada melihat
pembicara dipanggung, dari pada melihat ustad ceramah diatas mimbar
secara nyata. Lebih banyak mesyarakat cerdas dari internet. Tidakkah
kita sudah lihat hal ini?, murid-murid lebih cerdas dari guru-guru
yang gaptek. Lihatlah, informasi lebih cepat didapatkan oleh
murid-murid. Lihatlah. Ini baru internet, bagaimana suatu saaat
nanti ada robot yang cerdas melebihi internet dan mampu mengajar
serta merespon siswa didalam kelas, yang mampu menjadi tempat untuk
curhat para siswa dari pada curhat pada guru yang memegang rotan
ditangannya. Tunggulah saatnya ini akan datang. Tunggulah saatnya.
Guru-guru
akan dianggap tinggal menjadi orang-orang yng hebat dalam hal
retorika, dalam hal berbicara saja, tapi tidak hebat dalam menerepkan
materi ajarnya dalam kehidupan. Orang-orang akan meremehkan para
guru. Tinggal menunggu waktu saja. Suatu saat nanti para guru tidak
dihargai lagi. Orang yang hebat dalam sosiologi misalnya, akan
dikatakan adalah orang yang hanya cerdas bicara soal sosiologi karena
kebetulan dia tau seputar sosiologi, jadi dia sangat cedas bicara
semua hal-hal yang berkaitan dengan sosiologi, tapi itu hanya cerdas
retorika semata, hanya cerdas dalam hal teori saja, sedang tak ada
apa-apa yang bisa ia terapkan dalam kehidupannya. Ia tidak mampu
bersikap baik dimsyarakat meskipun dia tahu tentang social namun
kalau hanya teori, maka sangat jauh berbeda dengan realitas
kehidupan, ia tak mampu memecahkan masalah kehidupan. Dia hanya bisa
bicara-dan bicara terus didepan muridnya. Ini, ini bukanlah guru
idamanku. Aku mencari guru sejati. Yang bukan hanya cerdas bicara
sejarah, tapi mampu menjadi bagian dari sejarah kehidupan, bukan yang
sekedar mampu bicara soal geometri,kalkulus, dan lain sebagainya,
tapi yang mampu menghasilkan sesuatu dari itu semua. Ia mampu
menghasilkan sesuatu dari ilmunya selain menghasilkan teori dan
retorika semata.
Aku
mencari guru sejati. Guru sejati. Bukan pembicara didepan kelas,
bukan pembicara semata. Aku tidak melarang pembicara. Tapi karena
saat ini orang ingin menjadi pembicara saja, orang berlomba-lomba
menjadi bagian dari orang-orang hebat dalam retorika semata, maka aku
sangat menyayangkan sekali hal ini. Sebab suatu saat nanti
orang-orang seperti ini akan tersingkir oleh jaman secara perlahan
seperti layaknya fenomena gorontalo dimana becak disingkirkan oleh
bentor. Tinggal menunggu saja. Maka aku mencari guru yang sejati,
guru yang mampu menjadi teladan. Bukan sekadar teladan dalam berdiri
didepan kelas, sebab itu belumlah disebut kesuksesan sjati, meski
keluargamu mengatakan kau sudah sukses, karena sudah mengajar, sudah
punya uang perbulan, dan mendapat istri yang baik. Bukan, bukan itu
maksudku. Aku mengatakan kesuksesan yang sejati. Kesuksesan yang
sebenarnya.dimana ilmu yang kau pelajari bertahun-tahun tidak cukup
menjadi bahan ocehan didepan kelas saja, tidak cukup hanya menjadi
bahan penghasil uang perbulan bagimu saja. Tapi bagaimana ilmu yang
kau tuntut bertahun-tahun itu bisa kau terapkan dalam kehidupan.
Bagaimana kau menghasilkan satu karya dalam hidupmu dengan ilmumu
itu. Apa yang biasa kau hasilkan selain retorika sebatas kelas.selain
itu, coba pikirkan apa yang bisa kau hasilkan. Aku yakin kebanyakan
kalian akan berkata cukuplah bagiku ini. Aku mensyukuri ini, memang
tidak salah, tapi akan terlalu bodoh jika kita terlau sempit dan
membatasi pola pikir kita sampai disitu. Aku butuh yang bisa
menghasilkan sesuatu dari hasil belajarnya. Semua bisa bicara. Tapi
tidak semua bisa dicontoh.dan tidak semua bosa berkarya. Ini yang
penting. Banyak bicara tapi tidak menghasilkan apa-apa dari
retorikanya itu, maka banyak kesia-siaan yang telah ia lakukan
dibanding dengan sedikit retorika, tapi banyak karya yang telah ia
berikan dari ilmu yang ia geluti. Ini, ini, nanti setelah memiliki
karya, maka baru ia rekomendasikan diri untuk berbagi bagaimana
menjadi seperti dirinya, supaya murid terarah kemana yang seharusnya
ilmunya ia bawa, tidak hanya berhenti diretorika, tidak berhenti
diuang gaji perbulan saja.
Berikan
aku guru yang sebenarnya, ebelum banyak guru-guru akan dilecehkan
nanti, sebelum guru-guru tidak terpakai nanti. Aku butuh.aku butuh,
dan aku tak ingin ada lagi guru yang terlalu sombong dengan ilmunya,
aku tak mau, aku tak ingin ada lagi guru yang berjalan dengan
angkuhnya diatas bumi ini karena ilmunya, ak utak mua. Aku ingin guru
yang benar-benar memiliki karya, aku ingin. Jangan ada guru yang
menyombongkan diri dengan ilmunya, karena suatu saat nanti bisa jadi
tak akan ada harga diri untuknya disuatu saat nanti,, sudah cukup,
sudah cukup keangkuhan ini, sudah cukup berjalan dengan kepura-puraan
ini, suidah cukup, hentikan menjaga image didepan murid, sudah,
sudah, amaikanlah yang benar,sampaikanlah, karena suatu saat nanti
murid-muridmu juga akan cepat tahu biarpun kau tidak memberi tahu
mereka. Maka jangan terlalu sombong dengan ilmu ini. Jangan, kau akan
dihina karena tak ada karyamu selain retorikamu,suatu saat kau tidak
akan dipandang selain guru retorika, hanya itu, dan menjadikan ilmumu
sebagai mata pencaharianmu, sudah, sudah ,cukuplah bertingkah
begini,,,,,,sudah cukup, sudah cukup becak yang disingkirkan bentor
di gorontalo, sudah cukup pak pos digantikan oleh hanphone, sudah
cukup,,sudah cukup FB menggantikan teman curhat, sudah cukup, sudah
cukup tempat kursus diganti dengan google dan youtube, sudah
cukup,,,, “
Setelah
meneriakkan itu semua, sang murid pergi meninggalkan kelasnya. Ia
pergi begitu saja. Kelas yang ia kacaukan itu ia tinggalkan. berikut gambar kelasnya.
Kelas
itu ,kelas itu, yang sedari tadi ia kacaukan itu, sedari tadi kosong,
memang kosong. Tak ada yang mendengarnya. Tak ada.
No comments:
Post a Comment